30 Juni 2016

Raden Dewi Sartika, Tokoh Pelopor Pendidikan Wanita Sunda

sejarah singkat Raden Dewi Sartika, Tokoh Pelopor Pendidikan Wanita Sunda
Raden Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika adalah tokoh sunda yang menjadi pelopor pendidikan untuk kaum wanita. Dewi Sartika lahir pada tanggal 4 Desember di Bandung, Jawa Barat. Ia adalah puteri dari pasangan Raden Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas. Kedua orang tuanya bersikeras untuk menyekolahkan Raden Dewi Sartika di Sekolah Belanda meskipun hal itu sangat bertentangan dengan budaya adat pada waktu itu.
Dewi Sartika mendapatkan pengetahuan mengenai kebudayaan Sunda dari Arya, pamannya yang merupakan kakak dari ibunya. Karena pada saat itu  ia diasuh oleh pamannya lantaran ayahnya meninggal dunia dan juga ibunya yang telah diasingkan ke Ternate.

Bukan hanya kebudayaan sunda yang ia kuasai namun juga kebudayaan barat yang didapatkannya dari seorang nyonya Asisten Residen berkebangsaan Belanda. Dewi Sartika sering memperagakan praktik yang ia terima di sekolah, belajar membaca-menulis, dan bahasa Belanda, yang ia ajarkan kepada anak-anak pembantu di kepatihan. Alat yang digunakannya pun sangat sederhana, seperti papan bilik kandang kereta, arang, dan pecahan genting yang dijadikannya sebagai alat bantu belajar.
Saat remaja, Dewi Sartika kembali ke Bandung dan tinggal bersama ibunya. Ia semakin yakin untuk mewujudkan cita-citanya selama ini, yaitu mendirikan sebuah sekolah yang bertujuan untuk memajukan pendidikan untuk kaum wanita. Namun keinginannya sangat sulit untuk diwujudkan karena hukum adat pada saat itu yang mengekang kaum wanita untuk berpendidikan.
Raden Dewi Sartika tidak patah arang. Kegigihannya dalam berusaha membuatnya  berhasil mendidirikan sebuah sekolah yang dikhususkan untuk kaum wanita. Materi yang ia ajarkan masih sedikit hanya meliputi: merenda, memasak, jahit-menjahit, membaca, menulis, yang bertujuan untuk membuat wanita mempunyai keterampilan.
Pada tanggal 16 Januari 1904, Dewi Sartika membuka sekolah yang bernama Sakola Istri (Sekolah Perempuan) setelah ia berkonsultasi dengan Bupati R.A.A Martanagara. Sakola Istri ini bertempat di pendopo Kabupaten Bandung, dan tenaga pengajarnya dibantu oleh Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid yang merupakan saudara sepupu Dewi Sartika.
Pada tahun 1905, sekolahnya menambah kelas, sehingga membuatnya pindah lokasi ke Jalan Ciguariang, Kebon cau. Lalu kemudian, tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan Raden Kanduruan Agah Suriawati yang merupakan guru di sekolah Karang Pamualang, sekolah Latihan Guru. Dari pernikahannya itu, mereka memiliki putra bernama R. Atot, yang menjadi Ketua Umum BIVB, sebuah klub sepak bola yang merupakan cikal bakal dari Persib Bandung.
Semakin lama, Sakola Istri semakin bermunculan di beberapa wilayah Pasundan. Sekolaah ini dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang memiliki kesamaan cita-cita dengan Dewi Sartika.
Pada tahun 1912, sudah berdiri sembilan Sakola Istri di setengah dari seluruh kota-kota kabupaten Pasundan. Tahun 1914, Sakola Istri berganti nama menjadi Sakola Kautamaan Istri (Sekolah Keutamaan Perempuan). Pada bulan September 1929, tepat saat Sakola Kautamaan Istri berusia 25 tahun, Dewi Sartika mengadakan peringatan atas pendirian sekolah tersebut dan juga pada saat itu Sakola Kautamaan Istri berganti nama menjadi Sakola Raden Dewi. Atas dedikasinya dalam bidang ini, ia dianugerahi bintang jasa oleh pemerintah Hindia-Belanda.
Dewi Sartika meninggal pada tanggal 11 September 1947 di Tasikmalaya. Di makamkan di pemakamanan Cigagadon Desa Rahayu Kecamatan Cincem. Tiga tahun kemudia di makamkan kembai di kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jalan Karang Anyar, Kabupaten Bandung.
Berkat dedikasinya dalam mencerdaskan bangsa dan perjuangannya dalam pendidikan di Indonesia,  pada tanggal 1 Desember 1966 ia diberi gelar sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar